Perbedaan Sistem Periodik dengan Perpetual Beserta Contoh Jurnalnya – Sistem akuntansi perpetual dan periodik
tidak terlepas dari persediaan, karena kedua sistem pencatatan tersebut adalah
sistem pencatan persediaan. Kalian pasti sudah tahu apa itu persediaan. Saya
disini tidak membahas persediaan tapi akan membahas sistem pencatatan
persediaan. Dalam pencatatan pesediaan dalam akuntansi terdapat dua sistem
pencatatan, yaitu pencatatan dengan sistem perpetual dan periodik. Sistem
pencatatan perpetual dan periodik dalam perusahaan sangat menentukan bagaimana
pencatatan akuntansi persediaan. Sistem akuntansi persediaan diterapkan dalam
suatu perusahaan digunakan untuk mengelola persediaan supaya lebih efektif
dalam pengawasnnya.
Perbedaan Sistem Periodik Dengan
Perpetual
1. Sitem
Periodik
Dalam akuntansi perdeiaan
periodic, ketika melakukan pembelian persediiaan maka persediaan yang dibeli
dicatat dengan mendebit pembelian dan mengkredit kas/utang.
Dalam penentuan nilai saldo
akhir, nilai saldo akhir dihitung dengan menghitung nilai fisik persediaan atau
stock opname kemudian nilai fisik persediaan dikalian dengan Harga Pokok
Penjualan satuan barang.
2. Sistem
Perpetual
Ketika melakuakan transaksi,
yaitu pembelian persediaan. Maka dicatat dengan mendebet akun persediaan dan
mencatat akun kas/utang di kredit. Harga Pokok Penjualan langsung dicatat pada
saat transaksi penjualan yaitu dengan mendebit Harga Pokok Penjualan dan
mencatat akun persediaan di kredit.
Dalam menentukan nilai saldo
akhir, jika memakai sistem perpetual tidak perlu melakukan penghitungan fisik
atau stock opname, karena nilai persediaan sudah langsung dicatat pada saat
pernjurnalan.
Contoh Jurnal Sistem Periodik dan
Perpetual
PT. XYZ mempunyai persediaan
barang dagangan sebanyak 20 unit harga per unit Rp 500 (Rp 10.000), kemudian
membeli barang dagangan 30 unit dengan harga per unit Rp 500 (Rp 15.000).
Kemudian menjual barang dagangannya sebanyak 10 unit harga per unit Rp 1.000
(Rp 10.000).
1. Sistem
Periodik
Ketika terjadi pembelian
persediaan
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Pembelian
|
Rp15.000
|
|
Utang
|
|
Rp15.000
|
Ketika terjadi penjualan
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Piutang
|
Rp10.000
|
|
Penjualan
|
|
Rp10.000
|
Dalam sistem periodic diakhir
periode memerlukan penyesuaian, yaitu:
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Persediaan
|
Rp10.000
|
|
Harga Pokok Penjualan
|
Rp5.000
|
|
Pembelian
|
|
Rp15.000
|
Jika terjadi retur pembelian
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Utang
|
Rp2.000
|
|
Retur Pembelian
|
|
Rp2.000
|
Jika terjadi retur penjualan
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Retur Penjualan
|
Rp3.000
|
|
Piutang Dagang
|
|
Rp3.000
|
2. Sitem
Perpetual
Ketika terjadi pembelian
perseidaan
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Persediaan
|
Rp15.000
|
|
Kas/Utang
|
|
Rp15.000
|
Ketika terjadi penjualan
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Kas/Piutang
|
Rp10.000
|
|
Penjualan
|
|
Rp10.000
|
Harga Pokok Penjualan
|
Rp5.000
|
|
Persediaan
|
|
Rp5.000
|
Jika terjadi retur pembelian
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Utang
|
Rp2.000
|
|
Persediaan
|
|
Rp2.000
|
Jika terjadi retur penjualan
Akun
|
Debit
|
Kredit
|
Retur Penjualan
|
Rp3.000
|
|
Piutang
|
|
Rp3.000
|
Persediaan
|
Rp1.500
|
|
Harga Pokok Penjualan
|
|
Rp1.500
|
Baca Juga Perbedaan Akuntansi Basis Akrual (Accrual Basis) dengan Basis Kas (Cash Basis)